MAKALAH GENERALISASI LOGIKA INDUKSI DAN DEDUKSI

GENERALISASI
LOGIKA INDUKSI DAN DEDUKSI
NAMA

SISTEM INFORMASI
STMIK BINA PATRIA MAGELANG
DAFTAR ISI


- BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ..............................................................................................

B. Tujuan .............................................................................................................

C. Perumusan Masalah .......................................................................................


-BAB II
LANDASAN TEORI

A. Kajian Teori ....................................................................................................

B. Pembahasan Masalah ....................................................................................

C. Faktor Pendukung dan Penghambat ............................................................


-BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan .................................................................................................

B. Saran .............................................................................................................

C. Daftar Pustaka ............................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN


 A. Latar Belakang
logika berasal dari bahasa Yunani yaitu dari kata Logos (perkataan atau sabda), istilah lain yang digunakan adalah ilmu mantiq (kata Arab) yang diambil dari kata kerja “nataqo” yang berarti berkata. Dalam bahasa sehari-hari kita sering mendengar ungkapan yang serupa seperti ucapan seseorang “alasannya tidak logis” dan sebaginya. Yang dimaksud dengan logis adalah masuk akal dan sebaliknya tidak logis berarti tidak masuk akal. Dalam buku Logic and lagoange of ducation, mantiq disebut sebagai penyelidikan tentang dasar-dasar dan metode-metode berfikir yang benar. Sedangkan dalam kamus
Munjid disebut sebagai “hukum yang memelihara hati nurani seseorang dari kesalahan dalam berfikir”. Prof. Thaib Thahir a. Mu’tin membatasi dengan “ilmu untuk menggerakkan pikiran kepada jalan yang lurus dalam memperoleh suatu kebenaran”. Sedangkan menurut Irving M. mengatakan “logika adalah ilmu yang mempelajari metode dan hukum-hukum yang digunakan untuk membedakan penalaran yang benar dan penalaran yang salah
Menurut Jujun Suriasumantri, Logika adalah suatu proses berfikir dalam menarik suatu kesimpulan yang berupa pengetahuan. Sebagai suatu kegiatan berfikir logika memiliki ciri-ciri tertentu. Ciri pertama adalah proses berpikir logis, dimana berpikir logis diartikan sebagai kegiatan berpikir menurut pola tertentu atau dengan kata lain menurut logika tertentu. Ciri yang kedua adalah sifat analitik dari proses berpikirnya. Sifat analitik ini merupakan konsekuensi dari adanya suatu pola berpikir tertentu.
Logika dibagi menjadi dua, yaitu Logikadeduksi dan Logika induksi. Logika deduktif dikembangkan oleh Aristoteles, Thales, Pythagoras, dan para filsuf Yunani lainnya dairi Periode Klasik (600-300 SM.). Aristoteles, misalnya, menceritakan bagaimana Thales menggunakan kecakapannya untuk mendeduksikan bahwa musim panen zaitun pada musim berikutnya akan sangat berlimpah. Karena itu ia membeli semua alat penggiling zaitun dan memperoleh keuntungan besar ketika panen zaitun yang melimpah itu benar-benar terjadi.
Logika deduksi tergantung pada premisnya. Artinya, premis yang salah mungkin akan membawa kita kepada hasil yang salah, dan premis yang tidak tepat juga akan menghasilkan kesimpulan yang tidak tepat.
Alternatif dari logika deduksi adalah logika induksi. Perbedaan dasar di antara keduanya dapat disimpulkan dari dinamika deduktif dengan progresi secara logis dari bukti-bukti umum kepada kebenaran atau kesimpulan yang khusus; sementara dengan induksi, dinamika logisnya justru sebaliknya. Logika induksi dimulai dengan pengamatan khusus yang diyakini sebagai model yang menunjukkan suatu kebenaran atau prinsip yang dianggap dapat berlaku secara umum.
Logika deduksi memberlakukan prinsip-prinsipumum untuk mencapai kesimpulan-kesimpulan yang spesifik, sementara Logika induksi menguji informasi yang spesifik, yang mungkin berupa banyak potongan informasi yang spesifik, untuk menarik suatu kesimpulan umum. Pada abad ke-19, Adams dan LeVerrier menerapkan teori Newton (prinsip umum) untuk mendeduksikan keberadaan, massa, posisi, dan orbit Neptunus (kesimpulan-kesimpulan khusus) tentang gangguan (perturbasi) dalam orbit Uranus yang diamati (data spesifik).

 B. Tujuan
1.4    
Mengetahui apa perbedaan logika induksi dan logika deduksi.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat disimpulkan rumusan masalah, yaitu apa perbedaan logika induksi dan logika deduksi ?


BAB II
PEMBAHASAN

A. Kajian Teori
Macam - macam logika induksi dan deduksi
Logika induksi di bagi 3  :
1.    Generalisasi
2.    Analogi
3.    Hubungan akibat sebab
Logika deduksi dibagi 2 :
1)  Silogisme
2)  Entimen
B.Pembahasan Masalah

Logika induksi
Logika induksi adalah proses berpikir untuk menarik kesimpulan berupa prinsip atau sikap yang berlaku umum berdasarkan atas fakta-fakta yang bersifat khusus. Prosesnya disebut induksi.
Logikainduksi dapat berbentuk generalisasi, analogi, atau hubungan sebab akibat. Generalisasi adalah proses berpikir berdasarkan hasil pengamatan atas sejumlah gejala dan fakta dengan sifat-sifat tertentu mengenai semua atau sebagian dari gejala serupa itu. Analogi merupakan cara menarik kesimpulan berdasarkan hasil pengamatan terhadap sejumlah gejala khusus yang bersamaan. Hubungan sebab akibat ialah hubungan ketergantungan antara gejala-gejala yang mengikuti pola sebab akibat, akibat sebab, dan akibat-akibat.
Contoh logika induksi :
Harimau berdaun telinga berkembang biak dengan melahirkan. Babi berdaun telinga berkembang biak dengan melahirkan. Ikan paus berdaun telinga berkembang biak dengan melahirkan.
Contoh generalisasi :
Pemakaian bahasa Indonesia deseluruh daerah diindonesia dewasa ini belum dapat dikata seragam. Perbedaan dalam struktur kalimat, lagu kalimat, ucapan terlihan dengan mudah. Pemakaian bahasa Indonesia sebagai bahasa pergaulan sering dikalahkan oleh bahasa daerah. Diungkapkan persurat kabaran, radio, dan TV pemakaian bahasa indonesia belum lagi dapat dikatakan sudah terjaga baik. Para pemuka kita pun pada umumnya juga belum memperlihatkan penggunaan bahasa Indonesia yang terjaga baik. Fakta – fakta diatas menunjukan bahwa pengajaran bahasa Indonesia perlu ditingkatkan.
A.       Generalisasi 
Generalisasi sempurna
Adalah generalisasi dimana seluruh fenomena yang menjadi dasar penimpulan diselidiki. Generalisasi macam ini memberikan kesimpilan amat kuat dan tidak dapat diserang. Tetapi tetap saja yang belum diselidiki.
Generalisasi tidak sempurana
Adalah generalisasi berdasarkan sebagian fenomena untuk mendapatkan kesimpulan yang berlaku bagi fenomena sejenis yang belum diselidiki.
Penalaran generalisasi bertolak dari satu atau sejumlah fakta (fenomena atau peristiwa) khusus yang mempunyai kemiripan untuk membuat sebuah kesimpulan. Sejumlah peristiwa khusus dibuat dalam bentuk kalimat, kemudian pada akhir paragraf diakhiri dengan kalimat yang berisi generalisasi dari peristiwa. Peristiwa khusus yang disebutkan pada bagian awal.
B.  Analogi
Adalah membandingkan dua hal yang banyak persamaanya. Kesimpulan yang diambil dengan jalan analogi, yakni kesimpulan dari pendapat khusus dari beberapa pendapat khusus yang lain, dengan cara membandingkan situasi yang satu dengan yang sebelumnya.
Dalam berfikir Analogis, kita meletakan suatu hubungan baru berdasarkan hubungan-hubungan baru itu. Dan kita juga dapat menarik kesimpulan bahwa jika sudah ada persamaan dalam berbagai segi, ada persamaan pula dalam bidang yang lain. Pada pembentukan kesimpulan dengan jalan analogi, jalan pikiran kita didasarkan atas persamaan suatu keadaan yang khusus lainnya. Karena pada dasarnya hanya membandingkan persamaan – persamaan dankemudian dicari hubungannya. Maka sering kesimpulan yang diambil tidak logis.
Dari penjabaran diatas, dapat dikatakan bahwa penalaran analogi adalah proses penyimpulan berdasarkan fakta atau kesamaan data. Analogi juga dapat dikatakan sebagai proses membandingkana dari dua hal yang berlainan berdasarkan kesamaannya kemudian berdasarkan kesamaannya itu ditarik suatu kesimpulan.
Contoh Analogi:
Kita banyak tertarik dengan planel mars, karena banyak persamaannya dengan bumi kita. Mars dan Bumi menjadi anggota tata surya yang sama. Mars mempunyai atsmosfir seperti bumi. Temperaturnya hampir sama dengan bumi. Unsur air dan oksigennya juga ada. Caranya mengelilingi matahari menyebabkan pula timbulanya musim seperti bumi. Jika bumi ada mahluk. Tidaklah mungkin ada mahluk hidup diplanet Mars.
C.  Hubungan kausal
Hubungan kausal yaitu penalaran yang diperoleh dari gejala – gejala yang saling berhubungan.
Contoh :
Jika dipanaskan, tembaga memuai.
Jika dipanaskan emas memuai
Macam – macam hubungan kausal :
·    a. Sebab - akibat
Contoh :
Sejumlah pengusaha angkutan di Bantul terpaksa gulung tikar karena pendapatan yang mereka peroleh tidak bisa menutup biaya operasional. Minimnya pendapatan karena sebagian besar penumpang membayar ongkos dibawah ketentuan tarif yang sudah ditetapkan, akibat ketidakmampuan ekonomi. (Sumber : Kompas, 10 Mei 2008)
·    b. Akibat -sebab
Contoh :
Andi mendapat nilai yang memuaskan pada ujian semester kenaikan kelas. Dia mendapat rangking pertama di kelasnya. Hasil yang diperoleh Andi ini dia dapatkan karena belajar yang sangat tekun setiap harinya.
·    c Akibat – akibat
Contoh :
Kemarin Lusi mengalami kecelakaan akibat menabrak pembatas jalan. Akibat dari kecelakaan tersebut dia mengalami patah kaki dan harus dirawat di rumah sakit.

Logika deduksi
Logika deduksi dibidani oleh filosof Yunani Aristoteles merupakan logika yang beralur dari pernyataan-pernyataan yang bersifat umum menuju pada penyimpulan yang bersifat khusus. Sang Bagawan Aristoteles (Van Dalen:6) menyatakan bahwa logika  deduksi adalah, ”A discourse in wich certain things being posited, something else than what is posited necessarily follows from them”. pola logika ini dikenal dengan pola silogisme. Pada logika deduksi menerapkan hal-hal yang umum terlebih dahulu untuk seterusnya dihubungkan dalam bagian-bagiannya yang khusus.
 Corak berpikir deduksi adalah silogisme kategorial, silogisme hipotesis, silogisme alternatif. Dalam penalaran ini tedapat premis, yaitu proposisi tempat menarik kesimpulan. Untuk penarikan kesimpulannya dapat dilakukan secara langsung maupun tidak langsung. Penarikan kesimpulan secara langsung diambil dari satu premis,sedangkan untuk penarikan kesimpulan tidak langsung dari dua premis.
Contoh :
- Laptop adalah barang elektronik dan membutuhkan daya listrik untuk beroperasi.
- DVD Player adalah barang elektronik dan membutuhkan daya listrik untuk beroperasi
  kesimpulan —> semua barang elektronik membutuhkan daya listrik untuk beroperasi
Ada 2 macam penalaran deduktif
Menarik simpulan secara Langsung
Menarik simpulan secara Tidak Langsung
menarik Simpulan secara langsung ditarik dari satu premis. sedangkan menarik secara tidak langsung merupakan kebalikan dari secara langsung dimana pada secara tidak langsung membutuhkan 2 buah premis sebagai datanya.
Macam-macam logika deduksi diantaranya :
A.         Silogisme
Silogisme adalah suatu proses penarikan kesimpulan secara deduksi. Silogisme disusun dari dua proposi (pernyataan) dan sebuah konklusi (kesimpulan). Dengan fakta lain bahwa silogisme adalah rangkaian 3 buah pendapat, yang terdiri dari 2 pendapat dan 1 kesimpulan.
  Contohnya:
Semua manusia akan mati
Amin adalah manusia
Jadi, Amin akan mati (konklusi / kesimpulan)
B.         Entimen
Entimen adalah penalaran deduksi secara langsung. Dan dapat dikatakan pula silogisme premisnya dihilangkan atau tidak diucapkan karena sudah sama-sama diketahui.
Contoh :
Proses fotosintesis memerlukan sinar matahari
Pada malam hari tidak ada matahari
Pada malam hari tidak mungkin ada proses fotosintesis
C. Faktor pendukung dan penghambat
Pendukung
Dengan belajar ilmu logika kita dapat mengambil beberapa fungsi, diantaranya : membantu setiap orang untuk berfikir secara rasional, kritis, tepat dan tertib, selain itu juga dapat meningkatkan kemampuan berfikir secara cermat, obyektif, tajam dan mandiri.
Disamping ada beberapa fungsi tadi, ilmu logika juga memberikan manfaat teoretis dan praktis. Dari segi teoretis logika dapat mengajarkan tentang berfikir yang seharusnya bukan membicarakan tentang berfikir sebagaimana adanya dalam ilmu-ilmu positif (fisika, psikologi dan sebagainya). Dari segi praktis logika dapat menjadikan akal semakin tajam dan kritis dalam imajinasi logis. Manfaat yang paling asasi dalam mempelajari ilmu logika adalah dapat membuat orang mampu membedakan berfikir yang benar dan dapat menghasilkan kesimpulan yang benar dan terhindar dari kesimpulan yang salah.

Penghambat
Kebenaran logika terbatas pada akal sedangkan akal terpaku atas panca indera sehingga tidak sedikit orang yang terjebak pada hal tersebut. Dengan demikian perlu adanya pemahaman yang lebih mendalam tentang ilmu logika.
Menurut penulis, selain belajar ilmu logika, sebagai seorang muslim kita perlu mempelajari dasar-dasar aqidah (Al Qur’an dan Hadits) secara matang terlebih dahulu agar terhindar dari kekhawatiran adanya suatu kesalahpahaman, karena ilmu logika berhubungan dengan akal pikiran kita yang mana dalam akidah Islam terdapat sesuatu hal yang ghaib yang tidak dapat dijangkau oleh akal kita.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari berbagai penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa penalaran dalam prosesnya ada 2 macam yaitu penalaran Induksi dan penalaran Deduktif.
Penalaran Induktif adalah proses penalaran untuk menarik kesimpulan berupa prinsip atau sikap yang berlaku umum berdasarkan atas fakta-fakta yang bersifat khusus. Prosesnya disebut Induksi. Dalam penalaran Induktif ini ada 3 jenis penalaran Induktif yaitu Generalisai, Analogi, dan Hubungan sebab akibat ataupun hubungan akibat–sebab.
Penalaran Deduktif adalah proses penalaran untuk menarik kesimpulan berupa prinsip atau sikap yang berlaku khusus berdasarkan fakta-fakta yang bersifat umum. Prosesnya disebut Deduksi. Jenis penalaran Deduktif ini diantaranya ada Silogisme dan Entinem.

B. Saran
Mungkin inilah yang diwacanakan pada penulisan kelompok ini meskipun penulisan ini jauh dari sempurna minimal kita mengimplementasikan tulisan ini. Masih banyak kesalahan dari penulisan kelompok kami, karna kami manusia adalah tempat salah dan dosa, dan kami juga butuh saran atau kritikan agar bisa menjadi motivasi untuk yang lebih baik dari sebelumnya.

C. Daftar Pustaka
R.G. Soekadijo,  1982: Logika Dasar.  Jakarta, PT. Gramedia Pustaka Utama.
Wallace Walter L.1990: Metode Logika Ilmu Sosial.Jakarta, Bumi Aksara.
Mundiri, Logika, (Jakarta : PT Royo Grafindo Persada, 2005)
Mustofa, Filsafat islam, (Bandung : CV.Pustaka Setia)
Salam Burhanuddin, Logika Ilmu Mantiq, (Jakarta : PT Melton Putra, 1988 )
Soekagijo, Logika Dasar,(Jakarta : PT Gramedia,1983)
Sou’yb joesoef, Logika Kaidah Berfikir Secara Tepat, (Jakarta :PT Al-Husna Zikra, 2001)
Surajioyo dkk, Dasar-Dasar Logika, (Jakarta : Bumi Aksara, 2006), Ce t. 1
http:/ / www.total.or.id/info.php?kk=logika
http://pratiwi-19.blogspot.com/2012/03/penalaran-induksi_683.html
http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2012/04/definisi-logika-induksi-dan-contohnya/


Post a Comment

Lebih baru Lebih lama